Reza Zalu, Duda Palsu.
Aas Rolani, Rajeg Kerep
Rina Rivana, Ketuwon.
Yuli Yolanda, Gejog Bumi.
Memory
Almahera (wulan bae)
Diana sastra (Jawa sunda)
cinema_21
cinema_21
2. Melalaikan istri dan tidak memberi nafkah ;
3. Memukul Istri dengan keras dan menghinakannya ;
4. Memberi Mudharat kepada Istri dengan melakukan ila’ (seorang laki-laki yang marah pada istrinya, lalu ia bersumpah untuk tidak mendekatinya) melebihi batas ketentuan Allah ;
5. Menyusahkan istri untuk menghilangkan hak-haknya ;
6. Menggauli istri yang sedang haid dan nifas ;
7. Mendatangi wanita pada duburnya ;
8. Menyebarkan rahasia istri kepada rekan-rekannya ;
9. Tidak mengajarkan Islam kepada istri dan membiarkannya melakukan perbuatan-perbuatan haram ;
10. Berusaha mengubah tabiat istri dengan kekerasan ;
11. Melalaikan pendidikan anak ;
12. Terlalu lama meninggalkan istri ;
13. Curiga dan berprasangka buruk terhadap istri ;
14. Tidak bersikap adil diantara para istri ;
15. Tidak membantu istrinya yang lelah ;
16. Menyempitkan nafkah untuk istri ketika lapang ;
17. Tidak sabar menghadapi tabiatnya ;
18. Menzholimi ibu demi istri ;
19. Memaksa istri untuk melakukan yang haram ;
20. Terperosok ke dalam fitnah istri dan anak ;
21. Meninggalkan bercanda dan bergurau ;
22. Mengabaikan adab-adab Islam terhadap istrinya ;
23. Tidak memperhatikan atau menjaga kesehatan istri ;
24. Hidup dengan satu irama (tidak ada inovasi) ;
25. Melecehkan istri karena keluarganya ;
26. Berlebihan dalam menetapkan standar ideal ;
27. Suami menganggap dirinya selalu benar ;
28. Terlalu sensitif terhadap perkataan istri ;
29. Tidak menghargai kondisi khusus wanita ;
30. Besar pasak dari pada tiang ;
31. Otoriter terhadap istri dan anak-anak ;
32. Melarang istri untuk berbakti kepada keluarganya ;
33. Tidak mengikuti petunjuk Islam dalam memperbaiki istri yang membangkang ;
34. Menjatuhkan talak kepada istri yang sedang haid ;
35. Menjatuhkan talak tiga sekaligus ;
36. Mengeluarkan istri dari rumahnya setelah talak Roj’i
37. Menyiarkan keburukan istri setelah mentalaknya.
Selain itu juga harus ada keridhaan ibu. Mengapa ibu? Karena ibulah yang banyak mengerti masalah anak perempuannya. Rasululloh SAW bersabda:
“Ajaklah ibu-ibu bermusyawarah tentang anak-anak perempuan mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)
Dengan begitu, dia memasuki kehidupan rumah tangga dengan ridha. Ayah ridha, ibu ridha, dan seluruh keluarganya ridha sehingga kehidupan rumah tangganya nanti tidak sesak nafas dan tidak keruh.
Yang lebih utama, hendaklah perkawinan dilakukan dengan cara yang dikehendaki oleh syariat. Wallohul Muwaffiq. eka_crb.
TAK SANGGUP
Tak akan lagi aku sanggup
Mengepak saya mengitari bumi
Menyibak kabut di pagi
Sungguh aku tak akan sanggup
Walau hanya memandang dunia
Sebab badan ini
Menanggung sakit tiada bertabib
Menanggung lara tiada pelipur
Dirangka sayapku yang patah
Melawan badai tadi siang
Sebab badan ini
Menanggung sakit tiada bertabib
Menanggung lara tiada pelipur
Dihati yang tersayat oleh rasa
Melawan benci diruang cinta
Sebab badan ini
Menanggung sakit tiada bertabib
Menanggung lara tiada pelipur
Dijantung yang tertusuk duri
Hingga aku tiada tersadar lagi
Bahwa aku telah mati
Hidup adakah artinya???
berdiri di tepi karang..
menunggu matahari fajar..
Merah kilaunya..
bermakna dalam..
Ombak mengikis karang..
serpihan air laut berterbangan..
Aku hanya bisa diam..
saat kusadari aku kesepian..
Hanya alam yang menemani..
ku berbicara pada hujan..
Ku bersandar pada pepohonan..
mungkin aku hanya sendirian..
Tak ada malaikat dihatiku..
Mereka sudah pergi jauh..
Jauh dari hidupku..
Semua hanya dunia palsu..
Mengapa??
Mengapa Langit tak mendengar??
saat aku hanya bisa terdiam kesepian..
mengapa tak kau tolong aku yang menderita??
Percuma aku bertanya..
karena kau tak akan menjawab..
Hidup dan matiku juga kau tak pedulikan..
Buat apa aku ada..
PILU.
Hati yang pernah singgah
Rasa cinta yang dulu pernah ada
Mungkin takkan bisa hilang
Hingga terkubur jauh direlung jiwa
Rasa sakit inipun takkan pernah mati
Karna kalian tega mengkhianati
Kasih yang slama ini aku beri
Bahkan oleh kakakku sendiri
Mulai kini putus sudah ikatan kita
Takkan lagi ada rangkaian cerita
Terbersik diri ini ’tuk melihat wajahmu kini tak pernah ada
Karna kalian tlah tega
Menusukku dari belakang hingga tembus tepat didada
Tuhan! Semoga apa yang kurasa mereka juga merasakannya
Lebih dari sakit yang kurasa
Karena mereka tega menyakiti hatiku seperti ini
Luka yang mereka ukir
Tlah menggores luka dihidupku slama ini.
SELAMAT JALAN.
Disela-sela semi bungaku
Sengaja ataupun tidak
Kau tlah memberinya setetes racun
Kini bunga itu tlah mengering
Dan bunga itu tlah jauh tertiup angin
Mungkin cinta itu takkan pernah mati olehmu
Hingga di akhir waktu
” Karna sampai kapanpun rasa itu
Tak akan pernah kau buang dari hatimu
Kalau Kau Memang Sayang Padaku ”
Tapi cintaku tlah mati karenamu
Karena cintaku tlah terbawa oleh arus waktu
Yang tlah membawanya pergi jauh
Karena pedihnya cerita itu
Tlah menggores luka dihidupku
Sampai kapanpun bunga itu takkan pernah kembali
Dan Sampai kapanpun kisah itupun takkan pernah terulang lagi
KARENA CINTA ABADINYA UNTUKKU
SELAMANYA HIDUP BERSAMAKU
Selamat tinggal untukmu, Masa laluku.
BENCI.
Buas…liar…
Yang kini ada padaku saat ini,
Bodoh…tolol…
Apa yang sudah menjadi abadi dalam kepalaku,
Aneh…aneh…aneh
Aku akui itu, jika memang itu yang bisa kau katakan padaku
Aku telah bebaskan Jiwa yang Terbangun,
dari hatiku, tak mampu kuredam lagi,
karna waktuku tlah habis menjaganya tetap tertidur dalam mimpinya
Akulah Jiwa itu, Jiwa yang Sepi dan penuh Kebencian
berpikir tentang Dosa, tiada lagi yang kutakutkan,
apalagi seseorang yang selalu menyentuh dalam-dalam Hatiku
Kubiarkan Benci itu membalut semua luka,
kulepaskan Jiwa ini bernaung lekat saat Mata ini menatapmu,
dan pasti larut pada Hatimu…
Lihat Mataku, akan Kau rasakan untuk membenciku,
Kau takkan mampu berlari, hingga langkahmu terhenti
Jangan bertanya mengapa Aku menjadi seperti ini,
karena smua ini terbentuk dari hari-hari yang Kau jalani,
dan harapan yang hanya Kau gantungkan
Jika ketakutan itu telah merasukimu,
tumbuh dan berkembanglah Benih Kebencian yang kutitipkan padamu…
PERGILAH.
Kau yang dulu datang
mengetuk jendela hati
memaksa rasa….
terbuka kunci cinta
susah payah…
Ku biarkan kau masuk
mengisi,,,
tahta cinta suci
saat kau raja hatiku
beri warna hidupku
amalkan senyum tulus
bertasbih kalbu suci
waktu yang berjalan
buatmu lupa Akan kerajaan,,,
yang kau tahtai
tinggalkan singgasana suci
tinggalkan semua ketulusan hati
ku terlalu sulit terima
ku kunci pintu hati
tak kan ku buka lagi
karena hanya beri
sakit dihati
kini kau kembali
meminta tahta itu lagi
tapi ku tak perduli
pergi kau…
Jangan pernah kembali
tahta ini bukan milikmu lagi
Dibuang di kuburan
Biar pergi darimu,
Pergi jauh..
Jauh…
Melampaui kiamat nanti…
Kau benar,
Cintaku
Hanya sebongkah batu,
Yang bermimpi
Jadi permata
Harapnya bisa melayang
Di atap lazuardi,
Bertahta
Di bahtera langit
Menari
Memakai selendang jingga..
Namun tanpa tahu,
Bumi pun tak sudi dipihaknya..
Pergilah kau!
Pergilah jauh!
Jangan dengar harapku
Jangan dengar aku..
Jangan sekali pun
Kau janjikan
Cinta semegah fajar
Karena balasku
Tak lebih bagus
Dari pengkhianatan
Jangan pula
Kau menjanjikan
Kesetiaan biru
Yang membumbung
Dibawa bidadari
Karena balasku
Tak akan lebih indah
Dari kematian…
IMUT.
sudah lama perpisahan ini
kubuka kenangan,ada fotomu
tersenyum abadi masih kusimpan
tak ingin kubuang,dan kubakar
hanya kau kenapa pilih pergi selamanya
tak pamit
tak salam
tak ada kabar
masuk dunia baru yang ada surga
fotomu masih tersenyum.
BERLALU
KETIKA CINTA ITU TUMBUH DIBENAKKU
DAN KETIKA KATA HATI MULAI MENGEMA
KURASAKAN BETAPA BERARTINYA DIRIMU
KAU ADALAH KEHIDUPANKU
DETIK-DETIK TERUS BERLALU
KINI KAU JADI MILIKKU
NAMUN KENAPA SAAT KAU JADI MILIKKU
KAU BERUBAH MENJADI APA YANG TAK KUHARAPKAN
BETAPA SAKIT HATIKU MELIHAT KAU BERPALING
KUKIRA KAU TULUS MENYAYANGIKU
TERNYATA KAU HANYA MENJADIKANKU
SEBAGAI SESEORANG YANG MENGISI HARI-HARIMU
AKU TAK MENYANGKA KAU BEGITU SADIS
AKU PUN MENINGGALKANMU TUK SELAMANYA
TAPI KENAPA AKU SULIT MELUPAKANMU
JUJUR AKU MASIH MENGHARAPKANMU
TAPI SAAT AKU MENEMUKAN PENGGANTIMU
KENAPA KAU MALAH MENGEJARKU
SAAT KAU MENGATAKAN INGIN KEMBALI
AKU TAK INGIN KEMBALI
BIARLAH MASA LALU PERGI
KINI AKU MEMPUNYAI ORANG YANG KUCINTA
PENGGANTI YANG MENCINTAIKU APA ADANYA
LUPAKAN AKU UNTUK SELAMANYA
JANGAN KAU KEJAR CINTA YANG TELAH HILANG DARIMU
KARENA CINTA YANG KAU SAKITI ITU TELAH PERGI
PERGI MENINGGALKAN CINTA YANG LAMA
MEMBANGUN KEHIDUPANNYA SENDIRI
DUSTA
saat ku mencari cinta
cinta yang selama ini kudamba
tak pernah kubayangkan sebelumnya
jika yang kudapat hanya luka
kenapa selalu aku yang kalah
terjatuh, terinjak dan teraniaya
oLeh kejamnya cinta yang sempurna
inikah cinta??
yang katanya buat kita bahagia
inikah cinta??
rasa yang hanya bisa buat kita terluka
tak adakah cinta untuk ku
yang bisa terangkan langkahku
tak adakah cinta untuk ku
yang bisa kuatkan aku.
WAKTU TAK BERPIHAK.
Di dalam kehidupan ini
Kita pasti semua mempunyai impian.
Tetapi tak semua mesti terjadi.
Dan terkadang saat aku merasa Impianku
Sudah diambang nyata.
Sang waktu membuatku terjaga.
Dan disaat engkau beranjak pergi
Aku merasa hatiku remuk redam.
Namun aku mencoba tuk Bersyukur
bahwa ini yang terbaik tuk kita
yang pasti ada hikmah tersembunyi dibalik
semua ini yang bisa membuatku
lebih bijak dalam meniti hidup ini.
HATIKU.
aku tak peduli seberapa besar maupun kecilnya
rasa bencimu padaku. . .
dan aku tidak memintamu untuk tidak membenciku. . .
tapi aku peduli seberapa besar maupun kecil
rasa sayangmu padaku. . .
jika memang dirimu menginginkan diriku
dekat denganmu
selalu mendampingimu, selalu di sisimu. . .
aku akan selalu senantiasa bersamamu. . .
akan tetapi jika dirimu tidak menginginkan diriku
untuk selalu di dekatmu. . .
aku akan dengan ikhlas hati melepas dirimu. . .
karena aku tidak mau kehadiranku
membuatmu menjadi tidak nyaman dan merasa risih. . .
Aku Jatuh Cinta
Jika Aku Jatuh Cinta.
“Ya Allah., jika aku jatuh cinta,cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya pada Mu, agar bertambah kekuatanku untuk mencintai Mu, Ya Muhaimin, jika aku jatuh cinta, jagalah cintaku padanya agar tidak melebihi cintaku pada Mu”.
“Ya Allah., jika aku jatuh hati, izinkan aku menyentuh hati seseorang yang hatinya terpaut pada Mu. Agar aku tidak terjatuh dalam jurang cinta semu”
“Ya Rabbana., jika aku jatuh hati, jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling dari Mu”.
“Ya Rabbul Izzati,, jika aku rindu, rindukanlah aku pada seseorang yang merindukan syahid dijalan Mu”.
“Ya Allah., Jika aku rindu, jagalah rinduku agar tidak lalai dalam merindukan syurga Mu”.
“Ya Allah., jika aku menikmati cinta kekasih Mu, janganlah cinta itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat di sepertiga malam terakhir bersama Mu”.
“Ya Allah., Jika kau halalkan aku merindui kekasih Mu. Jangan biarkan aku melampaui batas sehigga melupakan aku pada cinta hakiki dan dari rindu abadi hanya kepada Mu”.
“Ya Allah engkau tahu bahwa hati kami telah terhimpun dalam cinta kepada Mu, telah berjumpa untuk selalu taat kepada Mu, telah bersatu dalam da’wah menyeru manusia kepada jalan Mu, dan telah terpadu dalam membela agama Mu. duhai Allah., penuhilah hati kami dengan cahaya Mu yang tak pernah redup, dan lapangkanlah dada kami dengan iman kepada Mu.
Bye.. eka_crb.
Kesultanan Cirebon adalah sebuah kesultanan Islam ternama di Jawa Barat pada abad ke-15 dan 16 Masehi, dan merupakan pangkalan penting dalam jalur perdagangan dan pelayaran antar pulau.
Sejarah Cirebon
Menurut Sulendraningrat yang mendasarkan pada naskah Babad Tanah Sunda dan Atja pada naskah Carita Purwaka Caruban Nagari. Cirebon pada awalnya adalah sebuah dukuh kecil yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa, yang lama-kelamaan berkembang menjadi sebuah desa yang ramai dan diberi nama Caruban (Bahasa Sunda: campuran). Karena di sana bercampur para pendatang dari berbagai macam suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat, dan mata pencaharian yang berbeda-beda untuk bertempat tinggal atau berdagang.
Mengingat pada awalnya sebagian besar mata pencaharian masyarakat adalah sebagai nelayan, maka berkembanglah pekerjaan menangkap ikan dan rebon (udang kecil) di sepanjang pantai serta pembuatan terasi, petis, dan garam. Dari istilah air bekas pembuatan terasi (belendrang) dari udang rebon inilah berkembanglah sebutan cai-rebon (Bahasa Sunda:, air rebon) yang kemudian menjadi Cirebon.
Dengan dukungan pelabuhan yang ramai dan sumber daya alam dari pedalaman, Cirebon kemudian menjadi sebuah kota besar dan menjadi salah satu pelabuhan penting di pesisir utara Jawa baik dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan di kepulauan Nusantara maupun dengan bagian dunia lainnya. Selain itu, Cirebon tumbuh menjadi cikal bakal pusat penyebaran agama Islam di Jawa Barat.
Perkembangan awal
Ki Gedeng Tapa
Ki Gedeng Tapa (atau juga dikenal dengan nama Ki Gedeng Jumajan Jati) adalah seorang saudagar kaya di pelabuhan Muarajati, Cirebon. Ia mulai membuka hutan ilalang dan membangun sebuah gubug dan sebuah tajug (Jalagrahan) pada tanggal 1 Syura 1358 (tahun Jawa) bertepatan dengan tahun 1445 Masehi. Sejak saat itu, mulailah para pendatang mulai menetap dan membentuk masyarakat baru di desa Caruban.
Ki Gedeng Alang-Alang
Kuwu atau kepala desa Caruban yang pertama yang diangkat oleh masyarakat baru itu adalah Ki Gedeng Alang-alang. Sebagai Pangraksabumi atau wakilnya, diangkatlah Raden Walangsungsang, yaitu putra Prabu Siliwangi dan Nyi Mas Subanglarang atau Subangkranjang, yang tak lain adalah puteri dari Ki Gedeng Tapa. Setelah Ki Gedeng Alang-alang wafat, Walangsungsang yang juga bergelar Ki Cakrabumi diangkat menjadi penggantinya sebagai kuwu yang kedua, dengan gelar Pangeran Cakrabuana.
Masa Kesultanan Cirebon (Pakungwati)
Pangeran Cakrabuana (…. –1479)
Pangeran Cakrabuana adalah keturunan Pajajaran. Putera pertama Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dari istrinya yang kedua bernama SubangLarang (puteri Ki Gedeng Tapa). Nama kecilnya adalah Raden Walangsungsang, setelah remaja dikenal dengan nama Kian Santang. Ia mempunyai dua orang saudara seibu, yaitu Nyai Lara Santang/ Syarifah Mudaim dan Raden Sangara.
Sebagai anak sulung dan laki-laki ia tidak mendapatkan haknya sebagai putera mahkota Pakuan Pajajaran. Hal ini disebabkan oleh karena ia memeluk agama Islam (diturunkan oleh Subanglarang – ibunya), sementara saat itu (abad 16) ajaran agama mayoritas di Pajajaran adalah Sunda Wiwitan (agama leluhur orang Sunda) Hindu dan Budha. Posisinya digantikan oleh adiknya, Prabu Surawisesa, anak laki-laki Prabu Siliwangi dari istrinya yang ketiga Nyai Cantring Manikmayang.
Ketika kakeknya Ki Gedeng Tapa yang penguasa pesisir utara Jawa meninggal, Walangsungsang tidak meneruskan kedudukan kakeknya, melainkan lalu mendirikan istana Pakungwati dan membentuk pemerintahan di Cirebon. Dengan demikian, yang dianggap sebagai pendiri pertama Kesultanan Cirebon adalah Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana. Pangeran Cakrabuana, yang usai menunaikan ibadah haji kemudian disebut Haji Abdullah Iman, tampil sebagai “raja” Cirebon pertama yang memerintah dari keraton Pakungwati dan aktif menyebarkan agama Islam kepada penduduk Cirebon.
Sunan Gunung Jati (1479-1568)
Pada tahun 1479 M, kedudukannya kemudian digantikan putra adiknya, Nyai Rarasantang dari hasil perkawinannya dengan Syarif Abdullah dari Mesir, yakni Syarif Hidayatullah (1448-1568) yang setelah wafat dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati dengan gelar Tumenggung Syarif Hidayatullah bin Maulana Sultan Muhammad Syarif Abdullah dan bergelar pula sebagai Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Jati Purba Panetep Panatagama Awlya Allah Kutubid Jaman Khalifatur Rasulullah.
Pertumbuhan dan perkembangan yang pesat pada Kesultanan Cirebon dimulailah oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati kemudian diyakini sebagai pendiri dinasti raja-raja Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Banten serta penyebar agama Islam di Jawa Barat seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda Kelapa, dan Banten. Setelah Sunan Gunung Jati wafat, terjadilah kekosongan jabatan pimpinan tertinggi kerajaan Islam Cirebon. Pada mulanya calon kuat pengganti Sunan Gunung Jati ialah Pangeran Dipati Carbon, Putra Pangeran Pasarean, cucu Sunan Gunung Jati. Namun, Pangeran Dipati Carbon meninggal lebih dahulu pada tahun 1565.
Fatahillah (1568-1570)
Kekosongan pemegang kekuasaan itu kemudian diisi dengan mengukuhkan pejabat keraton yang selama Sunan Gunung Jati melaksanakan tugas dakwah, pemerintahan dijabat oleh Fatahillah atau Fadillah Khan. Fatahillah kemudian naik takhta, dan memerintah Cirebon secara resmi menjadi raja sejak tahun 1568. Fatahillah menduduki takhta kerajaan Cirebon hanya berlangsung dua tahun karena ia meninggal dunia pada tahun 1570, dua tahun setelah Sunan Gunung Jati wafat dan dimakamkan berdampingan dengan makam Sunan Gunung Jati di Gedung Jinem Astana Gunung Sembung.
Panembahan Ratu I (1570-1649)
Sepeninggal Fatahillah, oleh karena tidak ada calon lain yang layak menjadi raja, takhta kerajaan jatuh kepada cucu Sunan Gunung Jati yaitu Pangeran Emas putra tertua Pangeran Dipati Carbon atau cicit Sunan Gunung Jati. Pangeran Emas kemudian bergelar Panembahan Ratu I dan memerintah Cirebon selama kurang lebih 79 tahun.
Panembahan Ratu II (1649-1677)
Setelah Panembahan Ratu I meninggal dunia pada tahun 1649, pemerintahan Kesultanan Cirebon dilanjutkan oleh cucunya yang bernama Pangeran Rasmi atau Pangeran Karim, karena ayah Pangeran Rasmi yaitu Pangeran Seda ing Gayam atau Panembahan Adiningkusumah meninggal lebih dahulu. Pangeran Rasmi kemudian menggunakan nama gelar ayahnya almarhum yakni Panembahan Adiningkusuma yang kemudian dikenal pula dengan sebutan Panembahan Girilaya atau Panembahan Ratu II.
Panembahan Girilaya pada masa pemerintahannya terjepit di antara dua kekuatan kekuasaan, yaitu Kesultanan Banten dan Kesultanan Mataram. Banten merasa curiga sebab Cirebon dianggap lebih mendekat ke Mataram (Amangkurat I adalah mertua Panembahan Girilaya). Mataram dilain pihak merasa curiga bahwa Cirebon tidak sungguh-sungguh mendekatkan diri, karena Panembahan Girilaya dan Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten adalah sama-sama keturunan Pajajaran. Kondisi ini memuncak dengan meninggalnya Panembahan Girilaya di Kartasura dan ditahannya Pangeran Martawijaya dan Pangeran Kartawijaya di Mataram.
Panembahan Girilaya adalah menantu Sultan Agung Hanyokrokusumo dari Kerajaan Mataram (Islam). Makamnya di Jogjakarta, di bukit Giriloyo, dekat dengan makam raja raja Mataram di Imogiri. Menurut beberapa sumber di Imogiri maupun Giriloyo, tinggi makam Panembahan Giriloyo adalah sejajar dengan makam Sultan Agung di Imogiri.
Terpecahnya Kesultanan Cirebon
Dengan kematian Panembahan Girilaya, maka terjadi kekosongan penguasa. Sultan Ageng Tirtayasa segera menobatkan Pangeran Wangsakerta sebagai pengganti Panembahan Girilaya, atas tanggung jawab pihak Banten. Sultan Ageng Tirtayasa kemudian mengirimkan pasukan dan kapal perang untuk membantu Trunojoyo, yang saat itu sedang memerangi Amangkurat I dari Mataram. Dengan bantuan Trunojoyo, maka kedua putra Panembahan Girilaya yang ditahan akhirnya dapat dibebaskan dan dibawa kembali ke Cirebon untuk kemudian juga dinobatkan sebagai penguasa Kesultanan Cirebon.
Perpecahan I (1677)
Pembagian pertama terhadap Kesultanan Cirebon, dengan demikian terjadi pada masa penobatan tiga orang putra Panembahan Girilaya, yaitu Sultan Sepuh, Sultan Anom, dan Panembahan Cirebon pada tahun 1677. Ini merupakan babak baru bagi keraton Cirebon, dimana kesultanan terpecah menjadi tiga dan masing-masing berkuasa dan menurunkan para sultan berikutnya. Dengan demikian, para penguasa Kesultanan Cirebon berikutnya adalah:
Sultan Keraton Kasepuhan, Pangeran Martawijaya, dengan gelar Sultan Sepuh Abil Makarimi Muhammad Samsudin (1677-1703).
Sultan Kanoman, Pangeran Kartawijaya, dengan gelar Sultan Anom Abil Makarimi Muhammad Badrudin (1677-1723)
Pangeran Wangsakerta, sebagai Panembahan Cirebon dengan gelar Pangeran Abdul Kamil Muhammad Nasarudin atau Panembahan Tohpati (1677-1713).
Perubahan gelar dari Panembahan menjadi Sultan bagi dua putra tertua Pangeran Girilaya ini dilakukan oleh Sultan Ageng Tirtayasa, karena keduanya dilantik menjadi Sultan Cirebon di ibukota Banten. Sebagai sultan, mereka mempunyai wilayah kekuasaan penuh, rakyat, dan keraton masing-masing. Pangeran Wangsakerta tidak diangkat menjadi sultan melainkan hanya Panembahan. Ia tidak memiliki wilayah kekuasaan atau keraton sendiri, akan tetapi berdiri sebagai kaprabonan (paguron), yaitu tempat belajar para intelektual keraton. Dalam tradisi kesultanan di Cirebon, suksesi kekuasaan sejak tahun 1677 berlangsung sesuai dengan tradisi keraton, di mana seorang sultan akan menurunkan takhtanya kepada anak laki-laki tertua dari permaisurinya. Jika tidak ada, akan dicari cucu atau cicitnya. Jika terpaksa, maka orang lain yang dapat memangku jabatan itu sebagai pejabat sementara.
Perpecahan II (1807)
Suksesi para sultan selanjutnya pada umumnya berjalan lancar, sampai pada masa pemerintahan Sultan Anom IV (1798-1803), dimana terjadi perpecahan karena salah seorang putranya, yaitu Pangeran Raja Kanoman, ingin memisahkan diri membangun kesultanan sendiri dengan nama Kesultanan Kacirebonan.
Kehendak Pangeran Raja Kanoman didukung oleh pemerintah Kolonial Belanda dengan keluarnya besluit (Bahasa Belanda: surat keputusan) Gubernur-Jendral Hindia Belanda yang mengangkat Pangeran Raja Kanoman menjadi Sultan Carbon Kacirebonan tahun 1807 dengan pembatasan bahwa putra dan para penggantinya tidak berhak atas gelar sultan, cukup dengan gelar pangeran. Sejak itu di Kesultanan Cirebon bertambah satu penguasa lagi, yaitu Kesultanan Kacirebonan, pecahan dari Kesultanan Kanoman. Sementara tahta Sultan Kanoman V jatuh pada putra Sultan Anom IV yang lain bernama Sultan Anom Abusoleh Imamuddin (1803-1811).
Masa kolonial dan kemerdekaan
Sesudah kejadian tersebut, pemerintah Kolonial Belanda pun semakin dalam ikut campur dalam mengatur Cirebon, sehingga semakin surutlah peranan dari keraton-keraton Kesultanan Cirebon di wilayah-wilayah kekuasaannya. Puncaknya terjadi pada tahun-tahun 1906 dan 1926, dimana kekuasaan pemerintahan Kesultanan Cirebon secara resmi dihapuskan dengan disahkannya Gemeente Cheirebon (Kota Cirebon), yang mencakup luas 1.100 Hektar, dengan penduduk sekitar 20.000 jiwa (Stlb. 1906 No. 122 dan Stlb. 1926 No. 370). Tahun 1942, Kota Cirebon kembali diperluas menjadi 2.450 hektar.
Pada masa kemerdekaan, wilayah Kesultanan Cirebon menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara umum, wilayah Kesultanan Cirebon tercakup dalam Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon, yang secara administratif masing-masing dipimpin oleh pejabat pemerintah Indonesia yaitu walikota dan bupati.
Perkembangan Terakhir
Setelah masa kemerdekaan Indonesia, Kesultanan Cirebon tidak lagi merupakan pusat dari pemerintahan dan pengembangan agama Islam. Meskipun demikian keraton-keraton yang ada tetap menjalankan perannya sebagai pusat kebudayaan masyarakat khususnya di wilayah Cirebon dan sekitarnya. Kesultanan Cirebon turut serta dalam berbagai upacara dan perayaan adat masyarakat dan telah beberapa kali ambil bagian dalam Festival Keraton Nusantara (FKN).
Umumnya, Keraton Kasepuhan sebagai istana Sultan Sepuh dianggap yang paling penting karena merupakan keraton tertua yang berdiri tahun 1529, sedangkan Keraton Kanoman sebagai istana Sultan Anom berdiri tahun 1622, dan yang terkemudian adalah Keraton Kacirebonan dan Keraton Kaprabonan.
Pada awal bulan Maret 2003, telah terjadi konflik internal di keraton Kanoman, antara Pangeran Raja Muhammad Emirudin dan Pangeran Elang Muhammad Saladin, untuk pengangkatan tahta Sultan Kanoman XII. Pelantikan kedua sultan ini diperkirakan menimbulkan perpecahan di kalangan kerabat keraton tersebut."Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir" (Ar-Ruum 21)
"Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. JIKA MEREKA MISKIN ALLAH AKAN MENGKAYAKAN MEREKA DENGAN KARUNIANYA. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui." (An Nuur 32)
"Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran Allah" (Adz Dzariyaat 49)
"Janganlah kalian mendekati zina, karena zina itu perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk" (Al-Isra 32)
"Dialah yang menciptakan kalian dari satu orang, kemudian darinya Dia menciptakan istrinya, agar menjadi cocok dan tenteram kepadanya" (Al-A'raf 189)
"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)" (An-Nur 26)
"Berikanlah mahar (mas kawin) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan" ( An Nisaa : 4)
"Nikah itu sunnahku, barangsiapa yang tidak suka, bukan golonganku" (HR. Ibnu Majah, dari Aisyah r.a.)
"Empat macam diantara sunnah-sunnah para Rasul yaitu : berkasih sayang, memakai wewangian, bersiwak dan menikah" (HR. Tirmidzi)
"Janganlah seorang laki-laki berdua-duan (khalwat) dengan seorang perempuan, karena pihak ketiga adalah syaithan" (Al Hadits)
"Wahai para pemuda, siapa saja diantara kalian yang telah mampu untuk kawin, maka hendaklah dia menikah. Karena dengan menikah itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Dan barang siapa yang belum mampu, maka hendaklah dia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu bisa menjadi perisai baginya" (HR. Bukhori-Muslim)
"Janganlah seorang laki-laki dan wanita berkhalwat, sebab syaithan menemaninya. Janganlah salah seorang di antara kita berkhalwat, kecuali wanita itu disertai mahramnya" (HR. Imam Bukhari dan Iman Muslim dari Abdullah Ibnu Abbas ra).
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah tidak melakukan khalwat dengan seorang wanita yang tidak disertai mahramnya, karena sesungguhnya yang ketiga adalah syetan" (Al Hadits)
"Dunia ini dijadikan Allah penuh perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan hidup adalah istri yang sholihah" (HR. Muslim)
"Jika datang (melamar) kepadamu orang yang engkau senangi agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia (dengan putrimu). Jika kamu tidak menerima (lamaran)-nya niscaya terjadi malapetaka di bumi dan kerusakan yang luas" (H.R. At-Turmidzi)
"Barang siapa yang diberi istri yang sholihah oleh Allah, berarti telah ditolong oleh-Nya pada separuh agamanya. Oleh karena itu, hendaknya ia bertaqwa pada separuh yang lain" (Al Hadits)
"Jadilah istri yang terbaik. Sebaik-baiknya istri, apabila dipandang suaminya menyenangkan, bila diperintah ia taat, bila suami tidak ada, ia jaga harta suaminya dan ia jaga kehormatan dirinya" (Al Hadits)
"Tiga golongan yang berhak ditolong oleh Allah : a. Orang yang berjihad / berperang di jalan Allah. b. Budak yang menebus dirinya dari tuannya. c. Pemuda / i yang menikah karena mau menjauhkan dirinya dari yang haram" (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim)
"Wahai generasi muda ! Bila diantaramu sudah mampu menikah hendaklah ia nikah, karena mata akan lebih terjaga, kemaluan akan lebih terpelihara" (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas'ud)
"Kawinlah dengan wanita yang mencintaimu dan yang mampu beranak. Sesungguhnya aku akan membanggakan kamu sebagai umat yang terbanyak" (HR. Abu Dawud)
"Saling menikahlah kamu, saling membuat keturunanlah kamu, dan perbanyaklah (keturunan). Sesungguhnya aku bangga dengan banyaknya jumlahmu di tengah umat yang lain" (HR. Abdurrazak dan Baihaqi)
"Seburuk-buruk kalian, adalah yang tidak menikah, dan sehina-hina mayat kalian, adalah yang tidak menikah" (HR. Bukhari)
"Diantara kamu semua yang paling buruk adalah yang hidup membujang, dan kematian kamu semua yang paling hina adalah kematian orang yang memilih hidup membujang" (HR. Abu Ya¡¦la dan Thabrani)
"Dari Anas, Rasulullah SAW. pernah bersabda : Barang siapa mau bertemu dengan Allah dalam keadaan bersih lagi suci, maka kawinkanlah dengan perempuan terhormat" (HR. Ibnu Majah,dhaif)
"Rasulullah SAW bersabda : Kawinkanlah orang-orang yang masih sendirian diantaramu. Sesungguhnya, Allah akan memperbaiki akhlak, meluaskan rezeki, dan menambah keluhuran mereka" (Al Hadits)
"Barangsiapa yang menikahkan (putrinya) karena silau akan kekayaan lelaki meskipun buruk agama dan akhlaknya, maka tidak akan pernah pernikahan itu dibarakahi-Nya, Siapa yang menikahi seorang wanita karena kedudukannya, Allah akan menambahkan kehinaan kepadanya, Siapa yang menikahinya karena kekayaan, Allah hanya akan memberinya kemiskinan, Siapa yang menikahi wanita karena bagus nasabnya, Allah akan menambahkan kerendahan padanya, Namun siapa yang menikah hanya karena ingin menjaga pandangan dan nafsunya atau karena ingin mempererat kasih sayang, Allah senantiasa memberi barakah dan menambah kebarakahan itu padanya" (HR. Thabrani)
"Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya, mungkin saja kecantikan itu membuatmu hina. Jangan kamu menikahi wanita karena harta / tahtanya mungkin saja harta / tahtanya membuatmu melampaui batas. Akan tetapi nikahilah wanita karena agamanya. Sebab, seorang budak wanita yang shaleh, meskipun buruk wajahnya adalah lebih utama" (HR. Ibnu Majah)
"Dari Jabir r.a., Sesungguhnya Nabi SAW. telah bersabda : Sesungguhnya perempuan itu dinikahi orang karena agamanya, kedudukan, hartanya, dan kecantikannya ; maka pilihlah yang beragama" (HR. Muslim dan Tirmidzi)
"Wanita yang paling agung barakahnya, adalah yang paling ringan maharnya" (HR. Ahmad, Al Hakim, Al Baihaqi dengan sanad yang shahih)
"Jangan mempermahal nilai mahar. Sesungguhnya kalau lelaki itu mulia di dunia dan takwa di sisi Allah, maka Rasulullah sendiri yang akan menjadi wali pernikahannya." (HR. Ashhabus Sunan)
"Sesungguhnya berkah nikah yang besar ialah yang sederhana belanjanya (maharnya)" (HR. Ahmad)
"Dari Anas, dia berkata : " Abu Thalhah menikahi Ummu Sulaim dengan mahar berupa keIslamannya" (Ditakhrij dari An Nasa'i)
"Adakanlah perayaan sekalipun hanya memotong seekor kambing." (HR. Bukhari dan Muslim). eka_crb.