Bahasa ( Language )

Sabtu, 14 November 2009

Trik Suami Jauh dari Istri

Trik Suami Jauh dari Istri

Setiap saat berada di samping istri adalah idaman setiap suami. Betapa tidak, selalu berada dekat istri, selain segala kebutuhan sehari-hari akan dilayani, juga bisa mendatangkan kenyamanan batin. Benar sabda Nabi yang menyatakan bahwa istri yang sholehah adalah ia yang bila dipandang menyenangkan, bila didekati menenangkan. Hati yang sedang resah dan gelisah, pikiran yang lagi mumet, akan sembuh bila telah dicurhatkan kepada istri.

Namun pada kenyataannya, tidak semua suami bisa selalu berada dekat istri. Demi mendapatkan pekerjaan yang lebih menjanjikan, seorang suami bisa jauh dari istri. Suami yang jadi TKI, misalnya, otomatis akan terpisah dari istrinya. Sebab, membawa istri ke negara tempat ia bekerja, bukan solusi yang cerdas. Bukan hanya akan menguras kocek yang lumayan besar karena biaya hidup menjadi dobel, namun juga akan menelantarkan keluarga yang lain, seperti anak dan saudara.

Tuntutan profesi, juga bisa menjadi penyebab terpisahnya suami dari istrinya. Contohnya, seorang tentara yang mendapat tugas menjadi pasukan keamanan PBB di daerah konflik. Demi profesi, ia harus rela meninggalkan istrinya. Begitupun seorang wartawan yang ditugaskan meliput perang Israel-Hamas kemarin, misalkan. Atau seorang dokter yang tergabung dalam palang merah internasional. Karena tuntutan profesi mereka harus rela mengorbankan perasaan nyaman dan tenang berada di samping istri.

Di samping kedua hal di atas, tuntutan akademis juga bisa menjadi penyebab terpisahnya suami dari istrinya. Seorang dosen yang mengikuti program postdok atau short course di luar negeri, misalnya, mau tidak mau akan menghabiskan malam tanpa kehadiaran istri disampingnya. Begitupun seorang guru yang mendapat tugas belajar di luar kota, ia harus melewati hari-hari tanpa kehadiran istrinya. Seperti penulis yang mendapatkan beasiswa dari Mapenda Depag Pusat untuk Studi S2 di UIN Sunan Kali Jaga Yogyakarta.

Bersama 90 orang guru lain yang berasal dari seluruh pelosok Indonesia, telah 3 semester penulis menimba ilmu di Kota Gudeg. Selama itu, tidak tiap hari penulis bisa dekat dengan istri. Hanya bila pulang saja kesempatan dekat dengan istri bisa terasa. Walaupun, ada juga sebagian kecil teman-teman yang berasal dari luar jawa, seperti Aceh, Kalimantan, Sumatra, dan Nusa Tenggara yang memboyong istri dan keluarganya ke Yogyakarta.

Berpisah dari istri, tidak selalu berujung baik. Pertengkaran bahkan perceraian mungkin terjadi. Hal ini setidaknya bisa dipicu oleh dua hal. Pertama, akibat dari masalah yang timbul di dalam keluarga sendiri. Misalnya, ketika istri mendapatkan masalah di rumah, seperti anak sakit, tagihan listrik, telefon dan air membengkak, sementara keuangan menipis, ia akan menyalahkan suami. Suami yang seyogyanya mengurusi keluarga dan mengatasi masalah rumah tangga, akan jadi bulan-bulanan istri. Pada saat yang bersamaan, ketika suami menerima pengaduan, ia pun akan balik menyalahkan istrinya. Karena, suami yang telah disibukkan oleh berbagai masalah di tempat kerja, atau berbagai tugas dari dosen di kampus, akan merasa tambah terbebani saat menerima keluhan tersebut. Akibatnya, alih-alih memberikan solusi, malah suami akan marah-marah dan menganggap istri tidak mengerti keadaannya. Pada kondisi seperti itu, pintu pertengkaran bahkan perceraian akan terbuka lebar.

Kedua, peran pihak ketiga cukup besar untuk merusak hubungan suami istri yang terpisah jauh. Godaan pihak ketiga ini, mungkin menimpa keduanya. Baik suami di tempat kerja atau di kampus, mapun istri di rumah rentan akan rayuan pihak ketiga. Berdasarkan data dari Pengadilan Negeri Agama Jawa Barat lebih dari, 948 dari 25.792 jumlah perceraian dalam satu tahun, diakibatkan oleh hadirnya pihak ketiga.

Oleh sebab itu, untuk menghindari pertengkaran bahkan perceraian akibat suami jauh dari istri, ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh suami.

Pertama, melakukan kesepakatan bersama sebelum suami meninggalkan istri. Hal ini penting guna menghindari sikap saling menyalahkan antara keduanya. Saat istri dilanda masalah di rumah, ia tidak akan menyalahkan suami apalagi menuding suami tidak bertanggung jawab. Sebab, suami jauh dari rumah atas dasar kesepakatan bersama.

Kedua, memupuk kepercayaan. Walau suami jauh dari istri, bila kepercayaan telah tertanam kuat, masalah apapun tidak akan menggoyahkan hubungan keduanya. Sekuat apapun godaan dari pihak ketiga, selagi rasa saling percaya terpancang kokoh, tidak akan berpengaruh banyak. Kepercayaan akan membentengi suami istri dari ancaman pihak ketiga.

Ketiga melakukan komunikasi yang intens, bila perlu tiap hari. Di era teknologi informasi seperti sekarang, jarak tidak jadi penghalang untuk melakukan komunikasi. Dengan adanya Hand Phone (HP), walau istri di rumah, suami di luar kota bahkan di luar negeri, komunikasi bisa tetap lancar. Untuk itu, HP harus tetap aktif. Walaupun hanya sekedar kirim pesan lewat SMS, akan sangat berarti bagi istri. Apalagi jika bisa nelfon.

K empat, mengirim atau mengucapkan kata-kata yang romantis. Meskipun berjauhan, hubungan yang romantis harus tetap terjaga. Kirimlah kata-kata, “halo sayang”, “sedang “apa cinta”, dan yang sejenisnya. Kata-kata seperti itu, akan cukup ampuh untuk meredam kerinduan istri.

Kelima, memberikan hadiah kejutan saat pulang. Ketika pulang ke rumah, hendaknya suami membelikan sesuatu untuk istri. Dan itu, sebaiknya dilakukan tanpa sepengetahuan istri. Pemberian kejutan seperti itu, bukan hanya akan menyenangkan hati istri, lebih dari itu ia akan merasa diperhatikan. Pada akhirnya, walaupun berjauhan, hubungan keduanya akan kian harmonis dan romantis.

Dengan demikian, bila dimenej dengan baik, keterpisahan suami dari istri tidak akan berakibat buruk. Bahkan, akan menimbulkan hal positif. Seperti, munculnya dorongan yang tinggi untuk lebih giat berkerja. Ataupun motivasi yang kuat untuk lebih cepat menyelesaikan studi bagi mereka yang sedang menjalani tugas belajar. Selamat mencoba. eka_crb.

Radio cirebon

AnTV
» Please download Adobe Flash Player « before watching the streaming